Apabila Matematikawan MV
Simkind an VP Roychowdhury dari UCLA dapat menemukan, pola membunuh pembunuh berantai lekat
pada rumus matematika. Hingga menamakan rumus tersebut ‘tangga iblis’( pembunuhan tersebut bekerja
dengan ‘ritme’yang didorong neuron dalam otak. Pola sel otak ini serupa pola epilepsi, bedanya, dorongan yang muncul
adalah dorongan untuk menyerang. Pembunuh ini lebih cenderung melakukan lagi setelah pembunuhan pertama ) bagaimana ya bentuk rumusnya hehe. ... apakah seperti ini?
1/n Sin X = ?
apakah anda percaya hasilnya = 6
apakah anda percaya hasilnya = 6
Silahkan bertanya pada guru anda atau bertanya pada Ryan si jagal Homo. Saya sendiri berfikir apakah para Koruptor juga demikian, karena selalu saja terulang di negeri ini, Bukan pula karena Tuhan Bangsa Ini Maha Pengampun maka Korupsipun berlangsung turun temurun.
Manusia kehilangan kecakapan memecahkan masalah tak rutin dan kecakapan berkomunikasinya,
Apalagi keberadaan computer/ mesin
mengasingkan kemampuan bernalar. Betapa tidak, manusia justru semakin
dibutuhkan pada pemecahan masalah tidak rutin karena masalah rutin dapat
diselesaikan dengan computer. Belajar formal berawal dari Sekolah Dasar (SD),
kita dipelajari berbagai pelajaran seperti matematika, IPA, IPS, B.
Indonesia, B. inggris atau kewarganegaraan. Kita ditekankan untuk bisa
mengerjakan soal-soal. Menghafalkan rumus dan berhitung cepat tanpa
makna sama sekali. Analoginya kita disuruh menyebrangi lautan ke pulau
yang begitu jauh dengan menggunakan kompas yang rusak. Kecintaan akan belajar pada proses penalaran adalah
jiwa budaya bernalar. Tidak dengan cara menghafal rumus dan berhitung cepat, sebagai proses belajar.
Matematika (sponge bob) hanyalah deretan angka-angka yang berbicara
seperti gambar. Dapat diselesaikan hanya dengan imajinasi dan menghitung
kancing baju, atau suara tokek 1,2,3,4 dan seterusnya ha ha ha...Hidup
bukanlah hitungan Matematika apalagi deretan angka angka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar